Interview with “Trolls” Director Mike Mitchell

Hanya sedikit director film yang berkata bahwa dia punya kebebasan dalam merancang cerita untuk sebuah film, mereka kebayakan sudah diberikan guidelines yang berkaitan dengan film tersebut. Lain halnya dengan director Mike Mitchell dan co-director Walt Dohrn, mereka malah berkata sebaliknya. Pada film animasi terbaru “Trolls” mereka dituntut untuk membuat semuanya. Mulai dari alur cerita hingga karakter, tidak ada satupun aspek yang dimiliki oleh franchise Trolls” ini.

Trolls” merupakan sebuah franchise boneka. Boneka ini sangat populer di negara asalnya US selama satu dekade terakhir. Sebagai franchise boneka, “Trolls” tidak memiliki cerita maupun tokoh utama, yang mereka punya hanyalah karakter ikonik dengan hidung lebar dan rambut yang unik. Director Mitchell melihat ini sebgai sebuah kesempatan, dia berkeinginan untuk menunjukan keunikan dari mainan ini kedalam film layar lebar.

Kali ini Cartoon Brew berkesempatan untuk duduk bersama dengan Mike Mitchell di View Conference Italy untuk mencari tahu, bagaimana cara mereka menangani franchise boneka “Trolls

(Co-director Walt Dohrn dan director Mike Mitchell at the VIEW)

(Boneka) “Trolls” pertama kali populer di tahun 1960, kenapa membuat film layar lebarnya sekarang?

Mike Mitchell: Yang membuat saya tertarik karena tidak ada mitologi dalam franchise ini, bahkan karakter pun tidak ada.

Walt Dohrn: Sebuah brand boneka tanpa karakter membuat film ini sangat menarik

Mike Mitchell: Saya tidak pernah merasa sebebas ini dalam berkarya, Kita tidak hanya bisa melakukan segala sesuatu yang kita ingin lakukan, tapi kita juga menciptakan dunia, karakter dan tone film ini. Inspirasi seperti [Hayao] Miyazaki dan Adventure Time Jim Henson juga tidak luput kami satukan dalam film ini.

Walt Dohrn: Saya pikir, para artist di tempat kami sangat gembira. Itu sebabnya kita punya hasil yang indah tersebut. Ada banyak kesempatan saat mereka mengerjakan film sekuel yang menyenangkan dan penuh dengan tantangan, tapi dalam pengerjaan-nya kita tidak menciptakan sesuatu yang menjadi impian setiap artist, yaitu berkarya secara bebas.

Mike Mitchell: Ada banyak yang membantu kami dalam pengerjaan “Trolls” ini. Phil Lord [Lego Movie], Genndy Tartakovsky, Teddy Newton, Paul Tibbitt,dll. Kami mendapat banyak sekali masukan.

Walt Dohrn: Animasi hanyalah komunitas kecil, kami selalu membantu satu sama lain.

Mike Mitchell: Saya bekerja dengan orang – orang ini, kenapa tidak ? rasanya seperti membalas budi. “Aku sudah membantu film kamu kemarin, bantu aku di film ku ini”  Secara spesifik aku terinspirasi dengan Phil Lord yang membuat film Lego yang tidak ada hubungannya dengan mainan apapun. Kamu pasti tidak pernah memikirkan hal seperti itu bukan ? Kamu akan melihat film tersebut dan menikmatinya saja. Hal ini juga berlaku untuk “Trolls”. Anak – anak tidak tahu apa itu “Trolls” sedangkan orang tua mereka tahu.

Walt Dohrn: Hampir, mereka hampir lupa “Trolls”. Mereka hanya ingat rambut boneka “Trolls” yang digulungkan pada ujung pensil.

Mike Mitchell: Itulah yang orang ingat!

(“Trolls” Official Trailer 2)

Bagi sebagian orang “Trolls” merupakan mainan baru, sebagian lagi mengangap “Trolls” merupakan mainan lawas. Apa yang membuat kalian pikir “Trolls” bisa bertahan lama sebagai mainan dari jaman ke jaman ?

Walt Dohrn: Aku rasa, orang sangat suka dengan rambut “Trolls”

Mike Mitchell: Ya, sebagai orang dengan kepala botak, saya akui saya sangat suka rambut mereka.

Walt Dohrn: Ini sangat menyenangkan, kita lihat footage ini. Siapa namanya?

Mike Mitchell: Foxy

Walt Dohrn: Foxy punya boneka “Trolls” dan dia menggulung rambut boneka tersebut. Hal ini yang saya pikir, saat siapapun memegang boneka “Trolls”, mereka akan menggulung rambut boneka itu. Dan itulah yang membuat franchise “Trolls” bisa bertahan lama.

Mike Mitchell: Mereka (“Trolls”) itu ‘ugly-cute’ dan hal ini belum banyak dimiliki karakter lain. Dalam film animasi, biasanya hanya ada cute atau ugly bukan dua – dua-nya.

Walt Dohrn: Ya, kita suka sekali dengan hidung mereka.

Mike Mitchell: Saya pikir tidak ada salahnya bahwa mereka telanjang juga

(boneka “Trolls“)

Jadi, kalian benar – benar membuat ceritanya dari awal. Lalu bagaimana ide cerita bisa muncul?

Mike Mitchell: Kita sangat terbantu dengan bantuan teman – teman, Jonathan Aibel dan Glenn Berger, mereka yang menulis naskah untuk franchise Kung Fu Panda. Aku juga bekerja dengan mereka di Sky High. Walt dan aku berusaha untuk melonggarkan ide, kami ingin mengeksplor kebahagiaan. Kami pikir ini bagus dengan karakter positif dan negatif.

Walt Dohrn: Dengan itu lalu munculah ide – ide.

Mike Mitchell: Ya, dengan membangun chemistry antar dua karakter. Saya sangat menyukai Romancing the Stone, film buatan Robert Zemeckis ini sudah dilupakan oleh orang – orang, sangat luar biasa untuk mengeksplor sudut pandang kedua karakter terhadap dunia. Oleh karena itu kita mulai dari situ dan penulis naskah punya tantangan besar bahwa Walt dan saya sangat menyukai karakter bernama Bridget. Dia adalah karakter yang dimainkan oleh Zooey Deschanel dan kami mengatakan bahwa, karakter ini harus menjadi bagian dalam film tidak peduli apapun yang terjadi.

Saya pikir, ini kisah yang sama dengan snowman [Olaf] pada film Frozen. Penulis sangat tidak suka dengan karakter tersebut dan sekarang terjadi pada Aibel dan Berger terhadap Bridget. Mereka bilang, Bridget tidak cocok di dalam film dan kami bilang kami akan coba cari jalan keluarnya bersama – sama.

Walt Dohrn: Kita juga punya masalah karena dia mengambil alih cerita.

(Zoey Deschanel dan tkoh Bridget yang diperankan-nya)

Dalam CG [Computer Graphics] kita bisa membuat segala sesuatu yang kita inginkan, tapi di film ini terasa seperti buatan tangan [handcrafted], bagaimana cara kalian menonjolkan suasana [handcrafted] tersebut ?

Mike Mitchell: Dari awal [naskah], kita sudah tahu bahwa cerita film ini akan terasa seperti buatan tangan [handcrafted]

Walt Dohrn: Ini seperti sekelompok teman bermain dan berkumpul untuk membuat sesuatu. Saya rasa itu adalah gambaran untuk enam bulan pertama kami. Dua setengah tahun kemudian kami mencoba untuk berpengangan pada beberapa hal.

Mike Mitchell: Salah satunya untuk pembuatan dunia dan karakter, kami pikir akan sangat baik apabila kita tetap mempertahankan sisi natural sebaik yang kita bisa.

Walt Dohrn: Mike dan saya sekolah bersama dan kami bukan teknisi, kami dilatih dalam hal cerita dan karakter. Kami juga masih menggambar di pensil. Kami sangat menyukai teknologi digital tapi ada sesuatu yang sangat luar biasa dapat kita rasakan saat kita menggambar dengan menggunakan tangan. Kami menginginkan nuansa tersebut ada dalam film ini.

Apa saja yang kalian ingin pertahankan untuk menjaga nuansa handcrafted ?

Mike Mitchell: Saat ada flashback atau ketika Troll menceritakan soal sejarah, tapi itu hanya di lembar memo. Pada akhirnya kita bisa merealisasikan nuansa handcrafted pada keseluruhan film karena kita punya artist yang luar biasa, Priscilla Wong yang pada akhirnya memilih untuk menggunakan lem dan glitter.

Walt Dohrn: Lucu, apabila glitter bertebaran kemana-mana dan bertahan selamanya. Itu akan menempel pada alis sampai tiga hari kemudian. Tapi kami benar – benar menggunakan semua guntingan itu dan meng animasikan mereka di after effect setelah memotretnya. Akhirnya tampilan film nampak seperti seni fiber.

Mike Mitchell: Kami juga membuat model pada tahap perencanaan. Hal ini untuk mengekesplor bagaimana cahaya bisa memberikan pengaruh pada objek.

Walt Dohrn: Saya pikir mereka juga banyak melakukan scanning dan menggunakan tekstur.

Mike Mitchell: Production Designer Kendal Cronkhite juga berhasil membuat nuansa handcrafted di eksplor lebih jauh lagi. Saya bahkan tidak yakin  apakah dia bisa membuat api dari rambut, dan saya juga tidak tahu bahwa efek tersebut dapat di aplikasikan pada bahan fiber alami.

(banyak detail yang harus diperhatikan dalam pembuatan film ini)

Ada nuansa [handcrafted] pada karakter tersebut, bagaimana anda menggambarkan-nya ?  

Mike Mitchell: Saya menggambarkan-nya seperti beruang kenyal yang dibalut kain beludru.

Walt Dohrn: Ada saat-saat ketika kami sedang menonton lalu kami berpikir “Kita harus merubah skalanya kembali”, “Bagian ini harus sejajar dengan bagian kedua”, dan seterusnya. Sampai pada akhirnya kami tidak percaya bahwa kami berhasil membuatnya. Ini rasanya sangat natural dan nuansa handcrafted berhasil kami raih.

Apakah anggota tim anda tidak yakin ketika harus mereplika apa yang telah kalian buat kedalam bentuk CG?

Walt Dohrn: Ya, pada awalnya mereka tidak yakin bisa membuatnya.

Mike Mitchell: Tetapi pada akhirnya, semua tantangan terjawab. Dan kamu bisa melihat mereka sangat hebat dengan melakukan semua hal gila tersebut pada rambut “Troll”. Pada satu titik, semua “Trolls” memanjat kepala raksasa untuk membantu dia bertemu dengan raja. Para “Trolls” menumbuhkan rambut mereka dan membuat bentuk rambut yang memiliki efek sangat kompleks. Saya pikir itu luar biasa.

Terakhir, mari berbicara soal Lagu –  salah satu yang menarik adalah ketika Anna Kendrick sebagai Poppy bernyanyi lagu Sound of Silence kepada karakter Branch yang diperankan oleh Justin Timberlake. Bagaimana scene tersebut bisa terjadi ?

Mike Mitchell: Yang pasti scene itu terinsipirasi oleh Ernie dan Bert dari Sesame Street. Pada adegan berkemah, Bert hanya ingin tidur dan Ernie berkata “Hei Bert, kau dengar itu?” Kami hanya ingin mengeksporasi ide dimana salah satu dari mereka ingin pergi ketempat tidur dan yang lain ingin tetap terjaga.

Walt Dohrn: Selalu ada scene api unggun dalam sebuah film, lalu kami berpikir “bagaimana caranya untuk menyatukan energi ini dengan sebuah lagu ?” dan lagu apa yang cocok ? kemudian pada satu titik kami menoleh satu ke satu sama lain dan berteriak “Sound of Silence!

(scene api unggun dalam film “Trolls“)